Pangkep, Media Center
- Penghasilan dari buruh tani dinilai kurang bisa memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya, bila ingin beralih ke pekerjaan lain pun, tidaklah
memungkinkan. Karena waktu itu, Hafid yang berusia 42 tahun, tinggal di
kampung Panaikan, Kelurahan Bonto Matene, Kecamatan Segeri, Pangkep ini,
belum mempunyai keahlian apa pun.
Berawal dari hal
itu, Hafid berinisiatif membuat kolam ikan seluas 300 meter persegi.
“Kondisi alam di lingkungan saya ini potensial untuk budidaya ikan.
Melihat potensi itu, tahun 2008, saya membeli bibit ikan lele dan
menebarkan di kolam,” kata Hafid, belum lama ini.
Sayangnya, hasil
yang diperoleh Hafid dari budidaya ikan lele tersebut belum memuaskan.
Menurut Hafid, mengejar keuntungan dari budidaya ikan lele dibutuhkan
lahan dan tenaga yang relatif banyak,. tidak mungkin dengan
membudidayakan lele di lahan 300 meter persegi tersebut.
Satu tahun
kemudian, Hafid mencoba membudidayakan ikan lele dengan sabar.
Keberhasilan memang tidak semudah membalikkan tangan. Ada saja kendala
menimpa Hafid. Terutama sulitnya memasarkan ikan lele hasil budidayanya.
“Waktu itu, orang
belum mempercayai saya, tak hanya itu saja, karena kurang pengalaman,
saya tidak bisa membedakan jenis ikan lele yang baik dan tidak. Sehingga
harga beli ikan lele dari kolam saya, lebih banyak ditentukan oleh
pembeli,” katanya.
Beruntung pada
pertengahan tahun 2011, Hafid mendengarkan saran dari teman untuk
mengikuti pelatihan budidaya lele di balai budidaya ikan air tawar di
Sukabumi, yang difasilitasi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Pangkep.
“Saya ingin ikut, karena beberapa teman mengatakan ikan lele hasil budidaya di kolam saya hasilnya ada yang bagus,” ungkapHafid.
Hafid pun
menerapkan ilmunya dan menambah jumlah kolamnya di lahan 1 hektar bekas
kebun miliknya . Mulai saat itu hasil ikan lelenya bagus dan mulai
mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
Saat ini, di kolam
yang terletak di tanahnya yang satu hektar telah terdapat 9 kolam ikan
lele dan 20 kolam budidaya, dengan kapasitas 200 ribu ekor.
Saat ini, Hafid pun telah kebanjiran konsumen dari berbagai daerah dan mancanegara, menurut Hafid, untuk pasaran lokal seperti kabupaten Tator, Enrekang dan Sidrap perbulannya membutuhkan puluhan ton setiap bulannya, karena tiap konsumen paling sedikit memesan 1 ton perbulan.
Saat ini, Hafid pun telah kebanjiran konsumen dari berbagai daerah dan mancanegara, menurut Hafid, untuk pasaran lokal seperti kabupaten Tator, Enrekang dan Sidrap perbulannya membutuhkan puluhan ton setiap bulannya, karena tiap konsumen paling sedikit memesan 1 ton perbulan.
Hafid juga melayani pesanan ekspor ikan lele dari mancanegera seperti Belgia, India dan Jerman. Alasan
mereka memesan kepada Hafid, karena ikan lele Hafid mengandung protein
yang tinggi, karena pakan yang diberikan Hafid adalah pakan dari ikan
kering yang diperolehnya dari nelayan setempat, bukan dengan usus ayam
ataupun dengan dedak atau pakan dari kotoran hewan.
Kolam Hafid tiap
bulannya disurvei dan diawasi oleh pihak pembeli dari mancanegara
tersebut, demi menjaga kualitas ikan lele milik Hafid.
Berkat kegigihannya
itu, Hafid pun saat ini telah membina sekitar 900 orang pembudidaya
lele di Sulawesi Selatan dan sering mengikuti lomba dan mengisi
pelatihan budidaya ikan lele, se-Indonesia, dan atas keuletannya pada
tahun 2014 ini, Hafid mendapatkan penghargaan dari Gubernur Sulawesi
Selatan Syahrul Yasin Limpo, dalam kategori Budidaya Ikan Air Tawar,
pada kegiatan HUT RI di Makassar.(17/8). (idcham latief/kominfo)